Pages - Menu

Rabu, 10 Juni 2015

Please Just Calm Down :D



Peristiwa itu terjadi saat aku memasuki kelas 5 dibangku sekolah dasar. saat dimana kelas kami akan di jadikan sebuah tempat dimana aku dan teman-temanku akan dijadikan sebagai pelaksana kegiatan lomba-lomba yang diadakan setiap tahunnya.
Namaku Iqlima Maulina tapi semua orang memanggilku kiki saat itu aku bersekolah di sebuah sekolah dasar yag terletak di tengah kota yang berada di pinggir jalan raya tepatnya di SDN Kraton 3 bangkalan. sekolahku itu memang sekolah kecil yang terletak di pinggir jalan raya tapi sekolahku menyimpan segudang prestasi yang di ukirkan oleh siswa-siswi sekolah tersebut. mulai dari kelas 2 SD aku selalu berada di peringat pertama dalam kelasku, mungkin saat itu guru-guruku mulai merencanakan bahwa saat aku memasuki kelas 5 SD aku akan diikutkan lomba tahunan yang diadakan dinas pendidikan untuk tingkat SD.
Aku sungguh tidak menyangka saat itu akan diikutkan lomba siswa teladan. aku dipanggil ke kantor guru,
Ibu gurupun berkata padaku "Ki, kamu akan di pilih sebagai peserta lomba siswa teladan yang akan diselenggarakan oleh dinas pendidikan"
Aku pun menjawab dengan polos "iya bu"
"Kamu harus berusaha agar dapat mempertahankan prestasi yang telah di ukir oleh kakak kelasmu bahwa sekolah ini terus menerus mendapatkan juara pertama dalam omba tersebut" lanjut ibu guru
Saat itulah aku mulai ditumbuhi ketakutan dan kekhawatiran, didalam pikiranku hanya terbayang bagaimana jika aku tidak dapat memperoleh juara pertama seperti yang bapak atau ibu guru harapkan di sekolahku tersebut.
Aku beserta seorang temanku yang bernama Kholilur Rohman Gafur yang biasa di panggil lulung mungkin karena lulung peringkat ketiga di kelas kami sehingga untuk kami ditujuk untuk mengikuti lomba siswa teladan sebagai wakil dari sekolah kami.
Kami berdua mengikuti serangkaian pembelajaran yang panjang supaya kami bisa siap untuk mengikuti lomba tersebut, mulai saat sebelum masuk sekolah kami sudah di harapkan untuk datang sebelum bel masuk sehingga kami dapat belajar. kami juga sering tidak mengikuti pelajaran di kelas karena kami harus konsentrasi pada pelajaran yang dilombakan.
Saat belajar bersama lulung bertanya padaku " apa yang akan kamu tampilkan saat siswa teladan di bagian ketrampilan nanti ki ?"
Lalu akupun menjawab "mungkin di bagian puisi saja lung, kalo kamu gimana ?"
"Mungkin aku akan menampilkan pidato saja" jawab lulung
"Bukankah itu harus menghafal lung ? apa kamu tidak akan kerepotan jika kamu masih menghafal pidato sambil menghafal segala macam teori-teori pelajaran ini ?" tanyaku.
"Ah.. itu mah masalah gampang aku kan anak yang pinter ki" jawab lulung sambil disertai tawa.
"huh.. dasar kamu lung sok banget deh" akupun ikut tertawa.
Waktu terus berlalu, kami tetap di  arahkan oleh guru kami untuk terus belajar dan terus belajar, kami belajar tidak hanya disekolah. di rumah guru kami pun kami diajari untuk siap mental dan fisik kami. sungguh sangat melelahkan hingga seakan-akan bahwa kami adalah sapi yang harus siap di adu. untuk mendapat kemenangan sapi itu pun harus dirawat, di beri jamu dan lain sebagainya. begitu pula dengan aku dan lulung.
Saat perlombaan di tingkat kecamatan kurang dua minggu kami di panggil kembali oleh ibu guru kami.
Beliau berkata "kalian akan menginap di rumah ibu untuk menghadapi lomba tersebut"
Aku dan lulung pun menuruti perkataan guru kami "iya bu"
Sorenya pun kami berangkat dari rumah kami masing-masing dengan segala persiapan untuk menginap seperti baju ganti, alat sholat, alat mandi, buku-buku yang kami perlukan nanti dan lain sebagainya.aku berfikir bahwa aku dan lulung akan dikarantina seperti para prajurit militer.
Dan semenjak itulah rasa khawatirku mulai bertambah tinggi, rasa khawatir akan kekalahan dalam perombaan itu terus menghantui pikiranku. aku tidak mengerti mengapa aku bisa menjadi seperti itu. tapi rasa khawatir itu tidak mengganggu pemikiran dalam belajar hanya saja rasa khawatir itu membuat mentalku menjadi sangat turun sehingga nafsu makanku menjadi turun, sering muntah dan akupun menangis.
Suatu ketika pernah ibu guru melihat mataku yang sedang bengkak beliau pun bertanya "mengapa matamu memerah seperti itu nak ?".
"Ini hanya kelilipan saja bu" jawabku berbohong. aku sangat takut untuk menceritakan tentang perasaanku itu.
Lambat laun terbongkar pula kebohonganku tersebut sehingga bu guru memberitahukan bahwa nafsu makanku hilang dan aku sering menangis saat di karantina kepada ibuku. saat bertemu aku di rumah bu guru ibuku hanya memberikanku sebotol air yang diberi bacaan arab di dalamnya dan menyuruhku untuk meminumnya. aku pun menurutinya.
Aku dan lulung terus menerus belajar bukan hanya teori dalam pelajaran tapi ada pula ketrampilan, pengetahuan dan bahasa inggris kami pun terus menerus belajar untuk memberikan yang terbaik meskipun dalam hatiku masi terus-menerus merasa khawatir.
Satu hari sebelum perlombaan dimulai, aku pun dipulangkan dari rumah bu guru.
sesampainya di rumah,
Ibuku bertanya padaku "kak, mengapa nafsu makanmu menjadi hilang seperti itu ?"
"Kakak hanya khawatir ma, khawatir jika aku tidak bisa mendapatkan juara pertama dalam perlombaan itu" jawabku sambil mengeluarkan air mata
Ibuku pun berkata lagi "kak, dalam perlombaan itu pasti ada yang namanya menang dan pasti ada yang namanya kalah. sehingga menang ataupun kalah adalah hal yang biasa. Kamu sudah mendapatkan Ilmu yang lebih ditambah pengalaman yang tidak semua orang bisa mendpatkannya. Berjuanglah, Kak” sammbil memelukku.
            “Kalau begitu Aku akan berjuang dengan semua kemampuanku”. Ucapku dalam hati.
Ternyata tak kusangka aku mendapatkan berita yang baik untuk keluargaku juga sekolahku, aku mendaptkan tempat pertama yang sangat didamba-dambakan orang banyak. Alhamdulillah aku selalu mengucap syukurku pada Allah maupun keluarga dan teman-teman yang telah mendoakanku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar