Peristiwa itu terjadi saat aku memasuki kelas 5 dibangku
sekolah dasar. saat dimana kelas kami akan di jadikan sebuah tempat dimana aku
dan teman-temanku akan dijadikan sebagai pelaksana kegiatan lomba-lomba yang
diadakan setiap tahunnya.
Namaku Iqlima Maulina tapi semua orang memanggilku kiki saat
itu aku bersekolah di sebuah sekolah dasar yag terletak di tengah kota yang
berada di pinggir jalan raya tepatnya di SDN Kraton 3 bangkalan. sekolahku itu
memang sekolah kecil yang terletak di pinggir jalan raya tapi sekolahku
menyimpan segudang prestasi yang di ukirkan oleh siswa-siswi sekolah tersebut.
mulai dari kelas 2 SD aku selalu berada di peringat pertama dalam kelasku,
mungkin saat itu guru-guruku mulai merencanakan bahwa saat aku memasuki kelas 5
SD aku akan diikutkan lomba tahunan yang diadakan dinas pendidikan untuk
tingkat SD.
Aku sungguh tidak menyangka saat itu akan diikutkan lomba
siswa teladan. aku dipanggil ke kantor guru,
Ibu gurupun berkata padaku "Ki, kamu akan di pilih
sebagai peserta lomba siswa teladan yang akan diselenggarakan oleh dinas
pendidikan"
Aku pun menjawab dengan polos "iya bu"
"Kamu harus berusaha agar dapat mempertahankan prestasi
yang telah di ukir oleh kakak kelasmu bahwa sekolah ini terus menerus
mendapatkan juara pertama dalam omba tersebut" lanjut ibu guru
Saat itulah aku mulai ditumbuhi ketakutan dan kekhawatiran,
didalam pikiranku hanya terbayang bagaimana jika aku tidak dapat memperoleh
juara pertama seperti yang bapak atau ibu guru harapkan di sekolahku tersebut.
Aku beserta seorang temanku yang bernama Kholilur Rohman Gafur
yang biasa di panggil lulung mungkin karena lulung peringkat ketiga di kelas
kami sehingga untuk kami ditujuk untuk mengikuti lomba siswa teladan sebagai
wakil dari sekolah kami.
Kami berdua mengikuti serangkaian pembelajaran yang panjang
supaya kami bisa siap untuk mengikuti lomba tersebut, mulai saat sebelum masuk
sekolah kami sudah di harapkan untuk datang sebelum bel masuk sehingga kami
dapat belajar. kami juga sering tidak mengikuti pelajaran di kelas karena kami
harus konsentrasi pada pelajaran yang dilombakan.
Saat belajar bersama lulung bertanya padaku " apa yang
akan kamu tampilkan saat siswa teladan di bagian ketrampilan nanti ki ?"
Lalu akupun menjawab "mungkin di bagian puisi saja lung,
kalo kamu gimana ?"
"Mungkin aku akan menampilkan pidato saja" jawab
lulung
"Bukankah itu harus menghafal lung ? apa kamu tidak
akan kerepotan jika kamu masih menghafal pidato sambil menghafal segala macam
teori-teori pelajaran ini ?" tanyaku.
"Ah.. itu mah masalah gampang aku kan anak yang pinter
ki" jawab lulung sambil disertai tawa.
"huh..
dasar kamu lung sok banget deh" akupun ikut tertawa.
Waktu terus berlalu, kami tetap di arahkan oleh guru kami untuk terus belajar
dan terus belajar, kami belajar tidak hanya disekolah. di rumah guru kami pun
kami diajari untuk siap mental dan fisik kami. sungguh sangat melelahkan hingga
seakan-akan bahwa kami adalah sapi yang harus siap di adu. untuk mendapat
kemenangan sapi itu pun harus dirawat, di beri jamu dan lain sebagainya. begitu
pula dengan aku dan lulung.
Saat perlombaan di tingkat kecamatan kurang dua minggu kami
di panggil kembali oleh ibu guru kami.
Beliau berkata "kalian akan menginap di rumah ibu untuk
menghadapi lomba tersebut"
Aku dan lulung pun menuruti perkataan guru kami "iya
bu"
Sorenya pun kami berangkat dari rumah kami masing-masing
dengan segala persiapan untuk menginap seperti baju ganti, alat sholat, alat
mandi, buku-buku yang kami perlukan nanti dan lain sebagainya.aku berfikir
bahwa aku dan lulung akan dikarantina seperti para prajurit militer.
Dan semenjak itulah rasa khawatirku mulai bertambah tinggi,
rasa khawatir akan kekalahan dalam perombaan itu terus menghantui pikiranku.
aku tidak mengerti mengapa aku bisa menjadi seperti itu. tapi rasa khawatir itu
tidak mengganggu pemikiran dalam belajar hanya saja rasa khawatir itu membuat
mentalku menjadi sangat turun sehingga nafsu makanku menjadi turun, sering
muntah dan akupun menangis.
Suatu ketika pernah ibu guru melihat mataku yang sedang
bengkak beliau pun bertanya "mengapa matamu memerah seperti itu nak
?".
"Ini hanya kelilipan saja bu" jawabku berbohong.
aku sangat takut untuk menceritakan tentang perasaanku itu.
Lambat laun terbongkar pula kebohonganku tersebut sehingga
bu guru memberitahukan bahwa nafsu makanku hilang dan aku sering menangis saat
di karantina kepada ibuku. saat bertemu aku di rumah bu guru ibuku hanya
memberikanku sebotol air yang diberi bacaan arab di dalamnya dan menyuruhku
untuk meminumnya. aku pun menurutinya.
Aku dan lulung terus menerus belajar bukan hanya teori dalam
pelajaran tapi ada pula ketrampilan, pengetahuan dan bahasa inggris kami pun
terus menerus belajar untuk memberikan yang terbaik meskipun dalam hatiku masi
terus-menerus merasa khawatir.
Satu hari sebelum perlombaan dimulai, aku pun dipulangkan
dari rumah bu guru.
sesampainya
di rumah,
Ibuku bertanya padaku "kak, mengapa nafsu makanmu
menjadi hilang seperti itu ?"
"Kakak hanya khawatir ma, khawatir jika aku tidak bisa
mendapatkan juara pertama dalam perlombaan itu" jawabku sambil
mengeluarkan air mata
Ibuku pun berkata lagi "kak, dalam perlombaan itu pasti
ada yang namanya menang dan pasti ada yang namanya kalah. sehingga menang
ataupun kalah adalah hal yang biasa. Kamu sudah mendapatkan Ilmu yang lebih
ditambah pengalaman yang tidak semua orang bisa mendpatkannya. Berjuanglah, Kak”
sammbil memelukku.
“Kalau
begitu Aku akan berjuang dengan semua kemampuanku”. Ucapku dalam hati.
Ternyata tak kusangka aku mendapatkan berita yang baik untuk
keluargaku juga sekolahku, aku mendaptkan tempat pertama yang sangat
didamba-dambakan orang banyak. Alhamdulillah aku selalu mengucap syukurku pada
Allah maupun keluarga dan teman-teman yang telah mendoakanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar